Halaman

Sabtu, 22 Desember 2012

Pemanis Buatan Sebaikny Hanya Sekedarnya Saja



Penderita kencing manis, (diabetes mel;itus)  memang sangat membatasi gula yang berkalori. Untuk itu, mereka menggunakan pemanis yang tak berkalori, sehingga dengan adanya pemanis buatan, buat mereka adalah suatu berkah tersendiri, paling tidak mereka masih bisa merasakan manis tanpa harus cemas berlebihan.  Sungguhpun demikian penggunaannya harus terkontrol. Orang-orang yang berat badannya berlebihan (obesitas), atau bagi mereka yang ingin mempertahnkan kerampingannya memang sangat tertolong dengan pemanis buatan ini.
Sekarang ini sudah banyak jenis makanan atau minuman diet yang mengandung pemanis bua tan. Bukan Cuma sirup dan klue-kue kering, tapi juga kecap,minuman ringan bersoda /soft drink dan makanan –makanan  sambilan lainnya. Bagi penderita diabetes adanya penmanis buatan sangat menolong mereka, paling tidak kenikmatan makan  tidak berkurang. Tapi harus tetap diingat  selain bahay karsinogennya, penggunaan bahan pemanis buatan juga harus diimbangi dengan konsumsi karbohidrat kompleks terbatas. Kalau tidak kadar gula akan tetap tinggi. Karbohidrat kompleks banyak terdapat dalam bahan makanan pokok seperti nasi, mie, umbi-umbian.
Tidak beda juga bagi pengguna bahan pemanis buatan yang kegemukan. Pembatasan konsumsi gula pasir, dan menggantinya dengan pemanis buatan yang nilai kalorinya rendah atau kosong sama sekali tidak akan ada gunanya selama karbohidrat kompleks dan lemak tidak dikendalikan. Dengan demikian bahan pemanis buatan sifatnya hanyalah sebagai pelengkap semata. Melihat pada bahaya komulatifnya, dikemudian hari, ada baiknya jika pengguna bahan pemanis buatan utamanya  sakarin dan siklamat dibatasi serendah dan sejarang mungkin. Untuk menggantikan  berkurangnya rasa manis ini, imbangi dengan mengkonsumsi buah-buahan.
Aspartam tidak dianjurkan penggunaannya bagi pengidap fenilketonuria, penderita penyakit lemah mental turunan yang tidak bisa memetobolismekan fenilalanin. Karena aspartam sendiri merupakan senyawa dari fenilalanin dan asam aspartam. Namun demikian karena tersusun atas asam amino, maka aspartam  bisa dimetabolismekan dengan sempurna dalam tubuh, sebagai mana asam amino dalam protein pada umumnya. Di Amerika bahan pemanis ini sudah dilarang agar tidak digunakan sama sekali. Badan pengawas obat dan makanan di sana (US FDA United States Food and Drug Administration) mengumumkannya.
Untuk melindungi masyarakat pengguna pemanis buatan, kementrian kesehatan RI mengeluarkan Permenkes (Peraturan menteri kesehatan RI)  mengenai tingkat konsumsi maksimum yang disarankan konsumsi maksimim adalah 40 mg per berat badan per hari  untuk itu para konsumen makanan atau minuman yang mengandung pemanis buatan disarankan agar selalu membaca lebel kemasan. Jangan sampai produsen menggunakannya berlebihan. (A.Hary/brp sbr.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar